DAKWAH
RASULULLAH PERIODE MEKAH
Kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah dan risalah
terbagi menjadi dua periode yang masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri
secara total, yaitu:
Periode Mekkah : berlangsung
selama lebih kurang 13 tahun.
Periode Madinah : berlangsung selama 10 tahun penuh.
Periode Madinah : berlangsung selama 10 tahun penuh.
Dan masing-masing periode mengalami
beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan memiliki karakteristik
tersendiri yang menonjolkannya dari yang lainnya. Hal itu akan tampak jelas
setelah kita melakukan penelitian secara seksama dan detail terhadap kondisi
yang dilalui oleh dakwah dalam kedua periode tersebut. Periode Mekkah dapat
dibagi menjadi tiga tahapan:
· Tahapan dakwah sirriyyah
(sembunyi-sembunyi); berlangsung selama tiga tahun.
· Tahapan dakwah secara
terang-terangan kepada penduduk Mekkah; dari permulaan tahun ke-empat kenabian
hingga hijrah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah.
· Tahapan dakwah di luar Mekkah
dan penyebarannya di kalangan penduduknya; dari penghujung tahun ke-sepuluh
kenabian-dimana juga mencakup Periode Madinah- dan berlangsung hingga akhir
hayat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
SEJARAH
DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian
adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam
kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah
menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul
terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya
beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang
mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT).
Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah,
Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah
yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaumSabi’in.
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 1
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai
Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau
rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610
M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap
berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah
utara kota Mekah. Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya
ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama
kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama
tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an. Menurut sebagian
ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah
Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad
SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara
berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an
sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada
periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus
didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE
MEKAH
Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode
Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang
agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan
nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam
berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut:
1) Dakwah
secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi
ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di
lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya.
Dakwah
Rasulullah Periode Mekah dan Madinah 2
Mengenai orang-orang yang telah memenuhi
seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri
Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu
Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat
Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu
Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran
Islam sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri masuk
Islam, mereka adalah:
۞
Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞
Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞
Utsman bin Affan
۞
Zubair bin Awam
۞
Sa’ad bin Abu Waqqas
۞
Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa
dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan d atas
disebutAssabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
2). Dakwah secara
terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai
sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi
perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu
tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan
ini antara lain sebaga berikut:
1. Mengundang kaum kerabat
keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar
masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam, ada 3 orang kerabat
dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya.
Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW
mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 3
Pada periode dakwah secara terang-terangan
ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy,
yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah
bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar
bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan
dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa
penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞
Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞
Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞
Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun
berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan
kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan
Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari
kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul
Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan
melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3). Reaksi Kaum Kafir Quraisy
terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah
Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah
Rasulullah SAW, yakni:
Kaum kafir Quraisy, terutama para
bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran
Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras
ajaran Islam yang adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan
alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam
karena mereka merasa berat meninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat
warisan leluhur mereka.
Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan
berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah
berhala.
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 4
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk
menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:
۞
Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais
an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para
pemiliknya (kaum kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞
Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di antara
mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir
Quraisy dan melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir
Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk
ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah
(Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan jaminan keamanan.
Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut
kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk
Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan
mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi. Akhirnya,
Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya. Saat
itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Beberapa bulan kemudian sesudah penghapusan
piagam itu, secara tiba-tiba sekali dalam satu tahun saja Muhammad mengalami
duka cita yang sangat menekan perasaan, yakni kematian Abu Thalib dan Khadijah
secara berturut-turut. Waktu itu Abu Thalib sudah berusia delapan puluh tahun
lebih. Setelah Quraisy mengetahui ia dalam keadaan sakit yang akan merupakan akhir
hayatnya, mereka merasa khawatir apa yang akan terjadi nanti antara mereka
dengan Muhammad dan sahabat-sahabatnya.
“Abu Thalib, seperti kau ketahui, kau
adalah dari keluarga kami juga. Keadaan sekarang seperti kau ketahui sendiri,
sangat mencemaskan kami. Engkau juga sudah mengetahui keadaan kami dengan
kemenankanmu itu. Panggillah dia.
Muhammad datang tatkala mereka masih berada
di tempat pemannya. Setelah diketahuinya maksud kedatangan mereka, iapun
berkata :
“Sepatah kata saja saya minta, yang akan
membuat mereka merajai semua orang Arab dan bukan Arab.”
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 5
“Ya, demi bapakmu”. Jawab Abu Jahl.
Ketika Abu Thalib meninggal hubungan
Muhammad dengan pihak Quraisy lebih buruk lagi dari yang sudah-sudah.
Sesudah Abu Thalib, disusul pula dengan
kematian Khadijah, Khadijah yang menjadi sandaran Muhammad, Khadijah yang telah
mencurahkan segala rasa cinta dan kesetiaannya, dengan perasaan yang lemah
lembut, dengan hati yang bersih, dan dengan kekuatan iman yang ada padanya.
Khadijah, yang dulu menghiburnya bila ia mendapat kesedihan, mendapat tekanan
dan yang menghilangkan rasa takut dalam hatinya. Ia adalah bidadari yang penuh
kasih saying.
Abu Thalib pun meninggal, orang menjadi
pelindung dan perisai terhadap segala tindakan musuh. Pengaruh apakah yang
begitu sedih, begitu pedih menusuk jiwa Muhammad saw? Dua peristiwa itu akan
meninggalkan luka parah dalam jiwa orang – yang bagaimanapun kuatnya – akan
menusukkan racun putus asa ke dalam hatinya. Ia akan dikuasai perasaan sedih
dan duka, akan dirundung kepiluan dan akan membuatnya jadi lemah, tidak dapat
berpikir lain di laur dua peristiwa yang sangat mengharukan itu, sehingga tahun
itu disebut dengan ”Amul Huzni”.
Ketika seorang pandar Quraisy mencegatnya
di tengah jalan lalu menyiramkan tanah ke atas kepalanya. Ia pulang ke rumah
dengna tanah yang masih di atas kepala. Fatimah puterinya lalu datang
mencucikan tanah yang di kepala itu. Ia membersihkannya sambil menangis. Juga
secercah duka yang menyelinap ke dalam hati adalah rintihan jiwa yang sungguh
keras, terasa mencekik leher dan hampir pula menggenangi mata.
Muhammad adalah seorang ayah yang sungguh
bijaksana dan penuh kash sayang kepada putrid-putrinya. Apakah yang kita lihat
ia lakukan terhadap tangisan anak perempuan yang baru saja kehilangan ibunya
itu? Menangis hanya karena melapetaka yang menimpa ayahnya? Tidak lebih dari
semua itu ia hanya menghadapkan. Hatinya kepada Allah dengan penuh iman akan
segala pertolonganNya. “Jangan menangis anakku”, katanya kepada putrinya yang
sedang berlinang air mata itu. “Tuhan akan melindungi ayahmu.” Kemudian
diulangnya : “sebelum wafat Abu Thalib orang-orang Quraisy itu tidak seberapa
mengganggu saya.”
4). Muhammad Pergi ke Thaif
Gangguan orang yang pernah dialami Muhammad
seolah dapat meringankan perbuatan buruk yang dilakukan Thaqif, meskipun mereka
tetap kaku tidak mau mengikutinya. Keadaan itu sudah diketahui pula oleh
Quraisy sehingga gangguan mereka kepada Muhammad makin menjadi-jadi.
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 6
Kepada kabilah-kabilah Arab pada musim
ziarah, ia memperkenalkan diri, mengajak mereka mengenal arti kebenaran.
Diberitahukannya kepada mereka, bahwa ia adalah nabi yang diutus, dan
dimintanya mereka mempercayainya. Abu Lahab pamannya tidak membiarkannya,
bahkan dibuntutinya ke mana ia pergi. Dihasutnya orang agar tidak mau
mendengarkan. Muhammad sendiri tidak cukup hanya memperkenalkan
diri kepada kabilah-kabilah Arab pada musim ziarah di Makkah saja, bahkan ia
mendatangi Banu Kinda ke rumah-rumah mereka, mendatangani Banu Kalb, juga ke
rumah-rumah mereka. Banu Hanifa dan Banu ‘Amir bin Sha’sha’a tapi tidak
seorangpun dari mereka yang mau mendengarkan Banu Hanifa bahkan menolak dengan
cara yang buruk sekali. Sedangkan Banu ‘Amir menunjukkan ambisinya, bahwa kalau
Muhammad mendapat kemenangan, maka sebagai penggantinya, segala persoalan nanti
harus berada di tangan mereka. Tetapi setelah dijawab, bahwa masalah itu berada
di tangan Tuhan, merekapun lalu membuang muka dan menolaknya seperti yang lain.
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah
maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di Mekkah. Beliau
berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat
Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepathari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 hijrahbertepatan 24 September 6 M, Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepathari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 hijrahbertepatan 24 September 6 M, Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
DAKWAH RASULULLAH PERIODE MADINAH
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena
adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang Yatsrib yaitu
suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy
hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh
seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW,
sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar
diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2
ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW
menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.Pada
malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi
SAW menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah
menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka
bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 7
Pada malam ke-4, setelah usaha orang
Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib,
keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah
bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor
unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW bersama
Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak
pernah ditempuh orang. Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba
di Quba, sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka
beristirahat selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun.
Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal
sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat
peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri
dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya.
Menurut perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,
seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke
tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan menyongsong
kedatangan Nabi SAW dan rombongan. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun
tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW.
Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala’ al-Badru, yang
isinya: Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit).
Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang
yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati.
Setiap orang ingin agar Nabi SAW singgah dan menginap di rumahnya. Tetapi Nabi
SAW hanya berkata, “Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia
berjalan sekehendak hatinya.”
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik
dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan rumah milik Abu Ayyub
al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat
menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub,
sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya. Sejak itu
nama kota Yatsrib diubah menjadi Madînah an-Nabî (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madînah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Ø Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan
diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi pemimpin penduduk kota itu. Ia
segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh bagi pembentukan suatu
masyarakat baru. Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan di dalam Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang
hijrah dari Mekah ke Madinah) dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan
ikut membantu kaum
Muhajirin).
Dakwah Rasulullah Periode Mekah dan
Madinah 8
Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu
dari golongan Muhajirin dengan individu-individu dari golongan Anshar.
Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja’far
bin Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing
orang akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan
persaudaraan yang semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu
persaudaraan baru, yaitu persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan
persaudaraan berdasarkan keturunan.
Posted by 03.50 and have
0
komentar
, Published at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar